Itulah topic hot yg dirungkai oleh Mazidul Akmal Sidik.
Aku rase t'panggil tuk tulis entry nie sbb yups aku salah seorg hamba Allah yg susah and sukar nk percaya org yg mengemis tepi jln nie. Senang cte sorry to say klu nk sedekah kt dorg. Tmbhn byk cte yg dorg nie d bwh mane2 sindiket nie. So better sedekah terus ke tmpt saluran yg btl.
Korg penah t'pikir x yg peminta sedekah d jalanan nie lebih kaya drpd kte yg penat lelah bekerja? Percaya atau tidak? Percayalah...bygkan dgn rakyat Malaysia yg pemurah n mudah b'simpati nie mmg senang je dorg bg sedekah kt peminta sedekah nie.
Sehari dorg mampu tuk dpt beratus ringgit kot. Tue bru sehari klu didarabkan dgn sebulan brp tue? Tanpa perlu bersusah payah mengerah tenaga yg Allah berikan dorg dpt duit. Yg kite kt ofis stress dgn bebanan keje dgn gaji yg mgkn ade yg gaji besar, gaji kecik.
Anyway, aku nk share ape hukum memberi wang kepada pengemis. Mmg point tue mmg patut kte BUKA MATA dan SEDAR supaya mereka iaitu pengemis ini tidak berleluasa di Malaysia. Malahan dorg bkn juga org tempatan tetapi ada jgk yg org luar.
Up to you utk sebarang pendapat korg pasal hukum memberi wang kepada pengemis nie. Masing2 ade pendapat masing2!
Nie rakaman yg Mazidul Akmal Sidik rakamkan. Bukan Islam tetapi BERTUDUNG semata-mata utk meraih simpati kte????????
Posted by Farid Ma'ruf pada 18 Februari 2010
Tanya :
Ustadz, bagaimana hukumnya memberi uang kepada pengemis?
Jawab :
Memberi uang kepada pengemis dapat dianggap bersedekah. Maka hukumnya sunnah, karena bersedekah hukum asalnya sunnah. Wahbah az-Zuhaili berkata,“Sedekah tathawwu’ (sedekah sunnah/bukan zakat) dianjurkan (mustahab) dalam segala waktu, dan hukumnya sunnah berdasarkan Al-Qur`an dan As-Sunnah.” (Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adilatuhu, 3/389).
Dalil Al-Qur`an antara lain (artinya),“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.” (QS Al-Baqarah [2] : 245). Dalil As-Sunnah misalnya sabda Nabi SAW,”Barangsiapa memberi makan orang lapar, Allah akan memberinya makanan dari buah-buahan surga. Barangsiapa memberi minuman kepada orang haus, Allah pada Hari Kiamat nanti akan memberinya minuman surga yang amat lezat (ar-rahiq al-makhtum), dan barangsiapa memberi pakaian orang yang telanjang, Allah akan memberinya pakaian surga yang berwarna hijau (khudhr al-jannah).” (HR Abu Dawud no 1432; Tirmidzi no 2373).
Namun hukum asal sunnah ini bisa berubah bergantung pada kondisinya. Sedekah dapat menjadi wajib. Misalnya ada pengemis dalam kondisi darurat (mudhthar), yakni sudah kelaparan dan tak punya makanan sedikit pun, sedang pemberi sedekah mempunyai kelebihan makanan setelah tercukupi kebutuhannya. (Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adilatuhu, 3/390). Dalam kondisi seperti ini, sedekah wajib hukumnya. Sebab jika tak ada cara lain menolongnya kecuali bersedekah, maka sedekah menjadi wajib, sesuai kaidah fiqih : “Maa laa yatimmul wajibu illa bihi fahuwa wajib.” (Jika suatu kewajiban tak terlaksana kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu wajib pula hukumnya). (Saifuddin Al-Amidi, Al-Ihkam fi Ushul Al-Ahkam, 1/111).
Sedekah dapat menjadi haram hukumnya, jika diketahui pengemis itu akan menggunakan sedekah itu untuk kemaksiatan. (Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adilatuhu, 3/390). Misalnya, digunakan untuk berjudi, berzina, atau minum khamr. Hukum sedekah dalam kondisi ini menjadi haram, karena telah menjadi perantaraan (wasilah) pada yang haram. Kaidah fikih menyebutkan,”Al-Wasilah ila al-haram haram.” (Segala perantaraan menuju yang haram, haram hukumnya). (M. Shidqi al-Burnu, Mausu’ah Al-Qawa’id Al-Fiqhiyyah, 12/200).
Sedekah kepada pengemis juga menjadi haram, jika diketahui pengemis itu tidak termasuk orang yang boleh mengemis (meminta-minta), misalnya bukan orang miskin. Dalam masalah ini ada dalil khusus yang mengharamkan meminta-minta, kecuali untuk tiga golongan tertentu. Sabda Nabi SAW,”Meminta-minta tidaklah halal kecuali untuk tiga golongan : orang fakir yang sangat sengsara (dzi faqr mudqi’), orang yang terlilit utang (dzi ghurm mufzhi’), dan orang yang berkewajiban membayar diyat (dzi damm muuji’).” (HR Abu Dawud no 1398; Tirmidzi no 590; Ibnu Majah no 2198). (Abdul Qadim Zallum, Al-Amwal fi Daulah al-Khilafah, hal. 194).
Jadi kalau seorang pengemis sebenarnya bukan orang miskin, haram baginya meminta-meminta. Demikian pula pemberi sedekah, haram memberikan sedekah kepadanya, jika dia mengetahuinya. Dalam kondisi ini pemberi sedekah turut melakukan keharaman, karena dianggap membantu pengemis tersebut berbuat haram. Kaidah fikih menyebutkan : “Man a’ana ‘ala ma’shiyyatin fahuwa syariik fi al itsmi” (Barangsiapa membantu suatu kemaksiatan, maka dia telah bersekutu dalam dosa akibat kemaksiatan itu.). (Syarah Ibnu Bathal, 17/207). Wallahu a’lam.
Yogyakarta, 15 Pebruari 2010
Muhammad Shiddiq Al Jawi
Nahhhh, korg sudah BUKA MATA dan SEDAR semua nie. Terpulang pd korg jika korg rasa tidak salah utk sedekah kepada pengemis di jalanan ini. For me better sedekah terus pada pusat2 kebajikan, masjid2 or tmpt2 yg lebih dipercayai.
Maklumat lebih lanjut korg leh view yg Mazidul Akmal Sidik sharekan.
No comments:
Post a Comment